Terdapat banyak pokok-persoalan yang
disebutkan dalam Al-Qur’an yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang
langit, kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai
bukti bagi manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk
mengalihkan perhatian mereka ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka
sering diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah
kita lalui, dan apa bahan dasarnya:
Penciptaan manusia dan
aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi
di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup
di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari
mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (sperma).
2. Yang laki-lakilah yang menentukan
jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim
sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga
kawasan yang gelap di rahim.
Sekarang mari kita periksa satu demi
satu.
1) Air Mani
Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan? (Surat
al-Qiyaamah, 36-37)
Seperti yang telah kita amati,
Al-Qur’an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya,
tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini
mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu
merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal-usul ilahi.
2) Campuran di dalam Mani
Cairan yang disebut mani tidak
mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai
cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal
mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma,
menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar
memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
Sungguh, Kami ciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan
penglihatan. (Surat al-Insaan, 2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut
sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan
campuran" ini :
Dialah Yang menciptakan segalanya
dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian
Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina. (Surat as-Sajdah, 7-8)
Kata Arab "sulala", yang
diterjemahkan sebagai “sari”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu.
Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan
bahwa Al-Qur’an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui
penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta
manusia.
3) Penentuan Jenis Kelamin Bayi
Sampai belum lama ini diperkirakan
bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh gen-gen laki-laki dan perempuan
bersamaan. Ilmu genetika dan mikrobiologi yang kian maju pada abad ke-20
membuktikan bahwa si perempuan tidak berperan dalam proses ini.
Pembentukan bayi berawal dengan
penyatuan dua kromosom: satu dari si ayah dan satu dari si bunda. Karena yang
perempuan hanya memiliki kromosom X, sel-sel reproduksinya (ova) hanya akan
mengandung kromosom ini. Di sisi lain, yang laki-laki mempunyai kromosom X dan
Y, sehingga setengah dari sel-sel reproduksinya (sperma) merupakan kromosom X
dan setengah lainnya Y. Jika suatu sel telur menyatu dengan sperma yang
mengandung kromosom X, maka keturunannya perempuan; jika penyatuannya dengan
sperma yang mengandung kromosom Y, maka keturunannya laki-laki.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi
ditentukan oleh yang mempunyai kromosom X dan Y, yaitu si laki-laki, yang
menyatu dengan kromosom X dari si perempuan.
Hal ini sama sekali belum diketahui
hingga penemuan genetika pada abad ke-20. Pada banyak budaya, justru diyakini
bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh kondisi tubuh (kesehatan, dll.) sang
ibu. Itulah mengapa wanita-wanita disalahkan bila mereka mendapatkan anak
perempuan. (Keyakinan primitif ini masih lazim.)
... Dia Yang menciptakan
berpasangan, jantan dan betina, dari benih kala ditempatkan. (Surat an-Najm,
45-46)
4) Segumpal Darah Yang Melekat di
Rahim
Ketika sperma pria menyatu dengan
sel telur wanita sebagaimana terpapar di atas, terbentuklah bahan dasar calon
bayi. Sel tunggal ini, yang dalam biologi dikenal sebagai “zigot”, akan mulai
berbiak sendiri melalui pembagian dan akhirnya menjadi “sepotong daging”.
Akan tetapi, zigot itu tidak
menjalani masa perkembangannya dalam ruang hampa. Zigot melekat pada rahim
bagaikan akar-akar yang tertancap dengan kokoh di tanah dengan sulur-sulur
mereka. Melalui ikatan ini, zigot bisa memperoleh bahan-bahan yang amat penting
bagi pertumbuhannya dari tubuh ibunya.
Rincian sedetail itu belum bisa
diketahui tanpa pengetahuan yang mantap tentang kedokteran. Tentu saja pada
empatbelas abad yang lalu belum ada orang yang mempunyai pengetahuan semacam
itu. Yang cukup menarik, dalam Al-Qur’an, Allah selalu menyebut zigot yang
berkembang di rahim sang ibu sebagai “segumpal darah”:
Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?
Kemudian ia menjadi segumpal darah; lalu (Allah) membuat jadi bentuk yang
serasi. Dan Dia menjadikannya sepasang, jantan dan betina. (Surat al-Qiyaamah,
36-39)
Makna Arab kata “gumpalan” adalah
“sesuatu yang melekat di suatu tempat”. Kata ini secara harfiah dipakai untuk
memerikan lintah yang melekat di tubuh untuk menghisap darah. Tentu saja,
inilah kata terbaik yang memungkinkan untuk memaparkan zigot yang melekat di
dinding rahim dan menyerap makanannya dari situ.
Al-Qur’an mengungkap lebih banyak
lagi mengenai zigot. Dengan secara sempurna melekat di dinding rahim, zigot itu
mulai tumbuh. Sementara itu, rahim si ibu terisi dengan suatu cairan yang
disebut "cairan amnion" yang mengitari zigot. Corak terpenting cairan
amnion, tempat pertumbuhan bayi, adalah melindungi bayi dari pukulan-pukulan
yang berasal dari luar. Dalam Al-Qur’an, fakta ini terungkap sebagai berikut:
Bukankah Kami ciptakan kamu dari
cairan yang hina, lalu Kami tempatkan di tempat yang kukuh terlindung ? (Surat
al-Mursalaat, 20-21)
Semua informasi ini yang tersaji
dalam Al-Qur’an mengenai pembentukan menusia itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an
berasal dari suatu sumber yang mengetahui pembentukan ini hingga
serinci-rincinya.
Ini sekali lagi membuktikan bahwa
Al-Qur’an merupakan firman Allah. Omong kosong sajalah pernyataan bahwa
informasi yang dihasilkan oleh Al-Qur’an mengenai kelahiran itu kebetulan
belaka: karena terdapat banyak rincian yang terungkap dalam Al-Qur’an dan
catatan serinci itu bagaimanapun tidak mungkin "secara kebetulan"
cocok dengan kebenaran.
Kami telah menciptakan manusia dari
saripati tanah liat. Kemudian Kami jadikan dia air mani, yang tersimpan di
tempat yang kukuh sekali. Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah;
kemudian segumpal darah Kami jadikan tulang-belulang dan tulang itu Kami
bungkus dengan daging, lalu Kami kembangkan menjadi makhluk lain lagi. Maka
Mahasuci Allah, Pencipta terbaik. (Surat al-Mu’minuun, 12-14)
YANG LEBIH OKE ANDA KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar